Pengetahuan Manusia tentang Alam Semesta

Oleh : MuhammadNadzri
Penulisan ini merupakan hasil tugasan bagi kuliah Akhlak Tasawuf semasa penulis mengambil Ijazah Syariah di Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara. Ditulis asal dalam Bahasa Indonesia.

  
Alam semesta adalah fana, berarti ia berasal daripada sesuatu yang tiada, kemudian diciptakan menjadi sesuatu yang bersifat jisim, sama ada dilihat mata kasar ataupun hanya nampak jika diteliti. Adapun konsep penciptaan itu, dapat juga di disimpulkan sebagai proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya juga ada penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Begitulah juga perihal penciptaan alam semesta, yang diyakini dicipta dan diadakan atas sesuatu dasar dan tujuan.

Ramai yang beranggapan, bahawa penciptaan kejadian alam semesta merupakan salah satu dari keajaiban dan misteri penciptaan. Lalu muncullah pelbagai persepsi dari para ilmuwan dunia, sama ada dari zaman lampau hinggalah ke zaman dewasa yang serba moden ini. Masing-masing dengan tujuan yang sama, yaitu cuba merungkai apakah maksud sebenar di sebalik penciptaan alam.



Namun, sebagai seseorang yang berjiwa musliam, pertemuan pemahaman ayat Al Quran dan sains astronomi adalah sebanding, dinyatakan bahwa alam semesta ini berawal dan berakhir, dan Al Quran lebih jauh memberi petunjuk bahwa alam semesta mempunyai Penciptanya. Fenomena ini diharapkan menjadi pembuka jalan dan pemicu integrasi Islam dalam kehidupan manusia.


Bumi dan Planet-Planet Lainnya

Jika diumpakan betapa luasnya alam semesta ini, boleh diibaratkan sebagai satu titik kecil di tengah-tengah sebidang kertas yang sangat besar, ataupun diumpamakan seperti seekor semut kecil di tengah-tengah gurun pasir. Titik hitam kecil dan semut tersebut lah yang diumpamakan sebagai salah satu galaksi yang kita diami kini, merupakan suatu kawasan yang sangat sempit jika dibandingkan dengan keluasan alam semesta yang pastinya tidak terjangkau oleh pemikiran manusia, mahupun alatan moden untuk menghitungnya.


Di dalamnya, terdapat berjuta-juta sistem dan galaksi yang secara teratur bergerak dalam kelompoknya yang tersendiri, tanpa menimbulkan huru-hara dan perlanggaran antara satu sama lain. Salah satunya adalah galaksi Bima Sakti yang kita diami, yang didalamnya terdapat planet-planet yang tidak asing didengar dan sebuah bintang yang hebat member sumber cahaya dan punca orbit kepada setiap planetnya.


Matahari, merupakan sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari 1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar Bumi dan planet-planet lain yang tidak berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh. Pengiring Matahari lainnya adalah planet Merkurius, Venus, qMars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam masing-masing dikatakan berupa sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya tak terpilih seperti planet Bumi, yang dipercayai satu-satunya tanah yang mampu didiami oleh manusia, kerana struktur jisimnya yang diciptakan seumpama itu


Pemikiran Manusia Tentang Alam Semesta

Kesan umum luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu memerlukan waktu berabad-abad.


Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi 12.500 km baru diketahui pada abad ke- 3 oleh Eratosthenes, jarak ke Bulan 384.400 km pada abad ke-16 oleh Tycho Brahe, jarak ke Matahari sekitar 150 juta km pada abad ke-17 oleh Cassini, jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya.

Benda langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama berjuta tahun. Disebabkan periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun 1959.

Pelbagai contoh di atas merupakan bukti bagaimana manusia sebenarnya turut mengambil serius terhadap keajaiban yang ditunjukkan oleh alam semesta kepada penghuniya. Mereka terus berusaha mencari penemuan-penemuan baru, semata-mata ingin memenuhi keperluan ilmiah mereka tentang data dari angkasa tersebut. Di sebalik penemuan-penemuan hebat itu juga, timbul beberapa persoalan yang bersifat rohaniah. Contohnya, mengapa tidak semua planet diciptakan bisa dan layak didiami seperti Bumi?



Dengan Sains Manusia Menangkap Realitas Alam Semesta

Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains, serta berbagai aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang menghubungkan berbagai fenomena cuba dikemukakan sebagai satu penjelasan. Berbagai hipotesis, gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk menjelaskan fenomena. Tentu saja gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat dikatakan sebuah fakta ilmiah.

Kemampuan mata manusia untuk mengamati setiap ciptaan dan isi alam semesta adalah amat terbatas. Namun, manusia tetap berusaha untuk keluar daripada bulatan kekurangan itu, lalu dinalarkanlah untuk mengambil berbagai insiatif lain, sekadar menutupi kelemahan manusia yang bersifat terhad itu. Salah satunya adalah kekuatan sains dan pemikiran manusia, yang akhirnya berjaya membuktikan beberapa fenomena alam. Hasi daripada beberapa penemuan tersebut, manusia dapat mengeluarkan beberapa teori dan bukti yang dapat menyokong pemikiran mereka selama ini.

Sebagai contoh, di dalam konsep graviti, manusia mendapati setiap planet berputar dan mengenlilingi atas satu orbit yang sejajar. Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta yang berisi banyak sekali benda langit.

Pengetahuan kita tentang hal alam semesta sangat bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya, sudah lengkap dan sudah sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi yang salah? Sangat sayang bila kita tidak sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.


Penutup

Melalui sains manusia cuba mendeskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena alam terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter yang bisa diamati dan diukur. Agama memperluas spektrum makna alam semesta bagi manusia tentang kehadiran benda-benda alam semesta, kehidupan dan manusia.

Sebagai seseorang berjiwa muslim, jawaban singkat tentang pertanyaan siapa pencipta alam semesta beserta hukum-hukum alamnya, tidak diragukan Allah adalah zat yang Maha Pencipta. Agama memperluas pengetahuan yang dicakup oleh metodologi sains dan rasionalitas manusia seperti berkenalan dengan alam ghaib, akhirat dan sebagainya. Namun begitu, rupanya berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta di sekitar planet Bumi masih banyak yang belum terjawab atau mungkin tak berjawab hingga ke satu masa kelak.

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

5 Masjid Paling Cantik di Perak

5 Bilik Hotel yang Paling Mahal di Malaysia